Kamis, 15 Mei 2014

ASAL MULA KOTA CIREBON

Sejarah Cirebon



Sejarah Lahirnya Kota Cirebon
 
         Sejarah kota Cirebon erat hubungannya dengan perkembangan pejajaran, menurut babad tanah Jawa dan babad tanah Sunda. Babad tanah Cirebon menceritakan bahwa raja Pejajaran yaitu Sriratu Dewasa Wiseja. Yang dikenal dengan Sri Maha Prabu Siliwangi yang beristri 3 orang yaitu Ambet Kasi, Ali Budaya dan permaisuri Ratu Subang Larang. Seluruh anak Prabu ada 40 orang. Dari Ratu Subang Larang memilikin3 keturunan, yaitu :
-          Raden Walangsungsang
-          Nyi Rarasantang
-          Raden Kian Santang
Kala itu Walangsungsang berkata pada sang ayah bahwa ia mendapat mimpi untuk disuruh berguru dan belajar syari’at islam. Sang Prabu yang beragama hindu menjadi murka karena anaknya di anggap menantang. Maka di usirlah, Walangsungsang bahagia keluar istana karena tekad yang besar Walangsungsang keluar istana. Setelah itu berapa tahun kemudian Ratu Mas Rrasantang keluar dari istana untuk menyusul kakaknya.
Di lereng gunung Merapi Walangsungsang bertemu dengan Sang Hiyang Danuarsih dan disuruh kepuncak Merapi dan di nikahkan dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Indang Ayu (1422) waktu itu Walangsungsang berumur 25 tahun.
Sementara Nyi Mas Rarassantang yang menyusul kakaknya bertemu dengan Nyi Indang Ayu Sakti dan diberi petunjuk agar kegunung Liwang menemui Ajar Sakti. Oleh Ki Ajar Sakti di beri petunjuk untuk kegunung Merapi. Setelah berkumpul Ki Danurasih menyurh mereka untuk mengembara mencari guru Islam. Lalu mereka bertiga sama – sama mencari, sebelum berangkat mereka diberi wejangan dan ilmu kesaktian dari banyak guru di gunung cangkak. Oleh Sang Hiyang Bangau mereka di anjurkan berguru kegunung Jati kepada Syek Nur Jati. Oleh Syek Nur Jati, Walangsungsang di beri nama Samadullah dan di izinkan membangun permukiman Yng di mulai hari ahad kliwon tanggal 1 bulan Suro.
Kemudian mereka bertiga menuju ke pantai ke arah Selatan dan belok ke barat ke daerah Lemah Wungkuk dan menginap di rumah Ki Gede Alang – Alang. Setelah menyampaikan maksudnya, mereka di angkat menjadi anaknya dan Walangsungsang di beri nama Cakra Buana di hari Ahad ia mulai membuka hutan untuk di tanami Palawija serta disuruh menangkap rebon (udang kecil) serta di tumbuk menjadi trasi.
Hasil bumi dijual pada tengkulak di Palimanan banyak masyarakat yang tertarik menjadi penduduk baru di permukiman Cakra Bumi : dari daerah itu dikenal rebon dan trasinya. Pada waktu bekerja banyak yang mengucap kata “oge – oge” geura bebek (cepat – cepatlah ditumbuk). Maka didaerah itu dikenal dengan nama Grage. Prabu Raja Galuh menyuruh mentri Pepeti untuk mencatat jiwa kampung baru itu. Dan menetapkan pajak sepikul tumbukan rebon. Pada tahun 1447 m Ki Mentri Pepeti memberi nama Dukuh Cirebon dan ditetapkan kuwu Cirebon adalah Ki Gede Alang – Alang dan Cakra Bumi sebagai wakilnya, namun beberapa tahun kemudian Ki Gede Alang – Alang wafat maka di gantikan oleh Cakra Bumi dengan Gelar Cakra Buana.
Karena banyak yang terjadi menurut kehendak Allah SWT, maka penduduk menjadi masuk Islam. Lalu Cakra Buana, Nyi Mas Indang Ayu dan Nyi Mas Rarasantang di anjurkan ke negara Cempe untuk memperdalam ilmu syariat Islam. Di Cempe mereka diterima Syek Maulana Ibrahim dan dianjurkan pergi ke Baitullah ketika di Mekkah Nyi Mas Rarasantang bertemu dengan jodohnya yaitu Sultan Mesir Maulana Mahmud Syarif Abullah Yng belum lama istrinya meninggal. Nyi Mas Rarasantang di nikahi dan berganti nama menjadi HJ. Sarifah Mudaim.
Dan Cakra Buana (H. Abdul Iman) pulang ke Gunung Jati dan menjabat sebagai kuwu Cirebon kembali. Ketika tahun 8 m Syarifah Mudaim melahirkan bayi laki – laki yang sangat elok sekali dan diberi nama Sarif Hidayatullah. Dan pada tahun 1950melahirkan Syarif Natullah.
Melalui perjalanan hidupnya Syarif Hidayatullah di kenal sebagai wali yakni Sunan Gunung Jati. Sejak tahun 1959 m. Cirebon menjadi negara Islam dan pangeran Cakra Buana bersemayam di pekung wati yang di bangun 1452 m.
Pemegang buku sejarah asli Cirebon adalah Pangeran Raden Sulaiman Sulanden Diningrat anak dari Baridin.
 
 
 Nama buku itu yaitu buku petang yang isinya:
1.       Dua kalimat syahadat.
2.       Ilmu – ilmu masyarakat Cirebon. Termasuk ilmu batin dan pengetahuan.
3.       Hukum peradaban masyarakat Cirebon.
4.       Mengenai sejarah asli Cirebon.
Nama – nama 9 wali penyebar Islam di tanah Jawa:
1.       Sunan Kalijaga.                  6.  Sunan Giri.
2.       Sunan Kudus.                    7.  Sunan Ampel.
3.       Sunan Muria.                     8.  Sunan Drajat.
4.       Sunan Gresik.                    9.  Sunan Gunung Jati.
5.       Sunan Bonang.
Dalam penyebaran agama Islam Wali Songo berpedoman 4 dasar inti Sari:
1.       Serikat.                 2.  Hakikat.          3.  Taro’at.           4.  Makriat.

ASAL USUL KOTA JAKARTA

ASAL MULA KOTA JAKARTA








 ASAL MULA KOTA JAKARTA  bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasio-nal yang ramai. Ulasan  Sejarah

Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.

Laporan para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa.

Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar.

Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden.

MENGAMATI kota Jakarta bagaikan membaca catatan panjang yang merekam berbagai kejadian masa lalu. Berbagai bangunan dan lingkungan di Jakarta menyimpan jejak-jejak perjalanan masyarakatnya, bagaimana mereka bersikap menghadapi tantangan zamannya, memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia menyimpan suka-duka dan pahit-manisnya perkembangan, di mana kita dapat menyerap pelajaran yang berharga.

Jakarta, Ibukota Republik Indonesia, memiliki banyak rekaman sejarah. Antara lain dalam bentuk bangunan maupun lingkungan. Di dalamnya tercermin upaya masyarakat masa lalu dalam membangun kotanya yang tak luput dari berbagai masalah dari zaman ke zaman.

“Jika kita memandang kota Jakarta sekarang, mungkin sulit terbayang bahwa ribuan tahun yang lalu kawasan ini masih baru terbentuk dari endapan lumpur sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta. Misalnya Kali Ciliwung, Kali Angke, Kali Marunda, Kali Cisadane, Kali Besar, Kali Bekasi dan Kali Citarum. Usia dataran Jakarta kini diperkirakan 500 tahun berdasarkan geomorfologi, ilmu lapisan tanah.

Endapan ini membentuk dataran dengan alur-alur sungai yang menyerupai kipas. Dataran ini setelah mantap lama kelamaan dihuni orang dan terbentuklah beberapa kelompok pemukiman, di mana salah satunya kemudian berkembang menjadi pelabuhan besar, " kata Muhammad Isa Ansyari SS, Sejarawan Terkemuka di Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda DKI Jakarta.

Ia menuturkan, kota Jakarta merupakan kota yang berkembang dengan cepat sejak mendapat peran sebagai Ibukota Rl. Perkembangan itu disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang saling menjalin satu sama lain.

Bermula dari sebuah lingkungan pemukiman kecil dengan kegiatan hidup terbatas, dan kemudian berkembang menjadi lingkungan pemukiman megapolitan dengan berbagai kegiatan yang amatkompleks. Dalam paparan sejarah pertumbuhannya, di mana pemerintah kotanya silih berganti dan kondisi masyarakatnya sangat majemuk, baik dari suku bangsa, ras dan agama berikut berbagai aspek kehidupannya, warga kotanya tetap membangun tempat bermukim dan berkehidupan mereka sesuai dengan kemampuan dana, daya dan teknologi yang mereka miliki.

Sejarah Kota Jakarta

Peta Batavia tahun 1897, Muhammad Isa Ansyari SS mengungkapkan sejarah kota Jakarta dimulai dengan terbentuknya sebuah pemukiman di muara Ciliwung. Menurut berita Kerajaan Portugal pada awal abad ke-15, pemukiman tersebut bernama "Kalapa" dan merupakan sebuah Bandar penting di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yang pusatnya pada waktu itu berada di Kota Bogor.

"Di Kerajaan Pajajaran, Bogor, itu kini masih terdapat prasasti peninggalan abad ke-16. Nama prasasti itu "Sato Tulis", peninggalan Rahyang Niskala Watu Kencana, Namun oleh orang Eropa Bandar tersebut lebih dikenal dengan nama Sunda Kalapa, karena berada di bawah kekuasaan Sunda," kata Muhammad Isa Ansyari SS.

Dalam sejarah, ujar Sejarawan Terkemuka Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda OKI Jakarta itu, Bandar Malaka ditaklukkan Kerajaan Portugal pada 1511. Tujuan Portugal ketika itu adalah mencari jalur laut untuk mencapai kepulauan Maluku, sumber rempah-rempah. Maka pada 1522 mendaratlah kapal utusan dari Malaka di bawah pimpinan Francesco De Sa.

Menurut laporan Francesco De Sa terjadi perundingan dengan pemuka Bandar Kalapa yang berada di bawah kekuasaan Raja Sunda yang beragama Hindu.

Sementara itu di Jawa Tengan dengan surutnya Kerajaan Majapahit berkembanglah Kerajaan Islam di Demak. Kerajaan Islam itu kemudian menyerang Kerajaan Sunda di Jawa Barat meliputi Cirebon, Banten, Kalapa dan lain-lain. Mengingat kurangnya sumber-sumber asli Jawa Tengah tnengenai peristiwa itu, maka kita terpaksa berpaling kepada berita Kerajaan Portugal yang pada akhirnya tidak saja berlabuh di Maluku tetapi juga Kerajaan Portugal ini merapatdi Timor Timur, menyatakan bahwa pada 1526-1527 sebuah armada Portugal telah mengunjungi Sunda Kalapa untuk memenuni perfanjian tahun 1522.

"Ternyata mereka belum mengetahui bahwa telah terjadi perubahan kekuasaan dari Kerajaan Pajajaran ke Kerajaan Banten, yaltu orang-orang dari Jawa Tengah yang beragama Islam .Ivlenurut berita yang mereka dapat, nama Pangtima yang diberikan adalah Falatehan, sebutan mereka untuk nama Fatahillah," ujar Muhammad Isa Ansyari SS.



Kronologis Peristiwa Penting

Pada 686 Masehi. Kerajaan Tarumanegara hancur akibat serangan balatentara Kerajaan Sriwijaya. Abad ke-14, Jakarta masuk ke wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang sering disebtit Kerajaan Pajajaran, atau Kerajaan Sunda. Kerajaan Pajajaran memiiiki enam petabuhan, diantaranya pelabuhan Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini terletak di Teluk Jakarta - di muara sungai Citiwung - yang merupakan pusat perdagangan paling penting seiak abad ke-12 hingga ke-16.

Senin, 21 Agustus 1522. Begitu pentingnya, Sunda Kalapa tak luput dari incaran orang-orana Portugis yang sejak tahun 1511 sudah bercokol di daratan Malaka. Keinginan mereka mendapatkan sambutan baik dari Raja Pajajaran. Selain berkepentingan soal perdagangan, Raja Pajajaran juga bermaksud meminta bantuan orang-orang Portugis dalam menghadapi orang-orang Islam, yang sudah banyak pengikutnya di Banten dan Cirebon. Demak, kala itu, sudah menjadi pusat kekuatan dan penyebaran agama Islam.

Perjanjian kerjasama pun ditandatangani antara Raja Pajajaran dan orang Portugis. Isinya orang Portugis ditzinkan mendirikan benteng di Sunda Kalapa, yang ditandai di tepi sungai Ciliwung. Rabu 22 Juni 1527. Perjanjian itu tak dapat diterima Demak, Kerajaan Islam yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan.

"Sultan Demak mengirimkan balatentaranya, yang dipimpin sendiri oleh menantunya, Fatahillah. Pasukan Fatahillah berhasil menduduki Sunda Kalapa pada 1527. Tatkala armada Portugal datang, pasukan Fatahillah menghaneurkannya. Sia-sia armada Portugal itu hengkang Ke Malaka," ujar Muhammad Isa Ansyari SS.

Dengan kemenangan itu Fatahillah menggantt nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Artinya "Kemenangan Berjaya”. Itulah peristiwa bersejarah yang ditetapkan sebagai 'hari jadl' Kota Jakarta. Kekuasaan Jayakarta akhirnya berada di tangan Fatahillah, dan makin meluas sampai ke Banten menjadi Kerajaan Islam.

Tahun 1595. Cornells de Houtman dan anak buahnya tiba di perairan Banten. Orang-orang Belanda itu datang mencari rempah-rempah. Persaingan di antara mereka makin ketat dibumbui permusuhan.

Rabu 20 Maret 1602 seorang token dan negarawan Kerajaan Belanda, Johati van Oldenbarneveld, mengambil suatu prakarsa mengumpulkan para pedagang Belanda dalam suatu wadah. Berdirilah serikat dagang Verenigde Oost Indische Compaqnie atau VOC. VOC merupakan wadah konglomerat zaman dulu.

Tahun 1617. Orang-orang Kerajaan Belanda diizinkan berdagang di Jayakarta. Mereka memperoleh sebidang tanah di sebelah timur sungai Ciliwung, di perkampungan Cina. Di situ mereka membangun kantor dan benteng. Kubu pertahanan Kerajaan Belanda itu tak disukai orang Jayakarta, Banten maupun Kerajaan Inggris. Mereka kemudian berperang.

Tahun 1619. Terjadi pertempuran sengit segitiga antara Kerajaan Belanda, Kerajaan Inggris dan Kerajaan Portugal di pelabuhan Sunda Kalapa. Suasana Teluk Jayakarta itu sekejab menjadi merah api dan merah darah. Di laut teluk banyak bergelimpangan mayat-mayat serdadu Kerajaan Belanda dan Kerajaan Portugal setelah kedua negara kerajaan itu habis digempur pasukan laut Kerajaan Inggris. Inggris menang dalam perang itu.

Kamis, 30 Mei 1619, JP Goen menaklukkan kembali sekaligus menguasai Jayakarta. Saat itu armada Kerajaan Inggris sudah tidak ada lagi karena telah berangkat berlayar menuju Australia, meninggalkan Jayakarta. Sedang armada (laut Kerajaan Portugal pergi menuju ke wilayah ujung timur Nusantara, tepatnya di Timor Timur.

"Jayakarta pada tahun tersebut memasuki lembaran baru. Nama Jayakarta diubah Kerajaan Belanda menjadi Batavia. Nama Batavia ini berasal dari nama Batavieren, bangsa Eropa yang menjadi nenekmoyang Kerajaan Belanda," tukas Muhammad Isa Ansyari SS.

VOC mula-mula menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan. Dengan kepiawaian kompeni lewat intrik dan politik adu domba atau cfewtte et impera terhadap raja-raja di Nusantara. Seluruh wilayah Nusantara dijarahnya. Kejayaannya pun berlangsung cukup lama.

Tahun 1798. VOC jatuh dan dibubarkan. Kekuasaan, harta benda dan utangnya yartg 134,7 juta gulden diambil alih Pemerintahan Kerajaan Belanda. Rabu, 1 Januari 1800, Indonesia sejak itu diperintah langsung oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Suatu majelis untuk urusan jajahan Asia lalu didirikan.

Namun, awal Maret 1942, Kerajaan Jepang merebut kekuasaan dari Kerajaan Belanda pada Perang Dunia ke-2. Nama Batavia dikubur balatentara Kerajaan Jepang. Dan, nama Jakarta menggantikannya sampai sekarang. 
Sumber : http://www.gudangmateri.com/2010/06/sejarah-kota-jakarta.html




ASAL MULA KOTA SURABAYA



  Sobat, setiap daerah pastinya memiliki cerita sejarah yang unik dan menarik untuk disimak. Misalnya saja dari segi penamaan seperti Kota Surabaya. Nama Surabaya tentu tidak serta merta hadir begitu saja. Ada cerita sejarah yang menyertai pemberian nama tersebut. Berikut ini akan dibahas tentang Sejarah Asal Usul Kota Surabaya. AYO KITA BACA CERITANYA..............




Ternyata nama Surabaya berasal dari legenda yang menceritakan tentang perkelahian antara Ikan Hiu Sura dan Buaya. Keduanya digambarkan sebagai hewan yang kuat, cerdik, tangkas dan rakus. Setiap kali terjadi pertengkaran, maka keduanya selalu berakhir imbang. Keduanya tidak pernah menang, atau pun kalah. Karena hasil imbang tersebut akhirnya Ikan Hiu Sura dan Buaya mengadakan kesepakatan. 
Keduanya mengaku bosan dengan pertengkaran yang mereka lakukan dan berniat membagi wilayah mereka menjadi dua wilayah kekuasaan. Dimana si Ikan Sura menguasai lautan, sementara Buaya menguasai daratan. Hal ini pun sepakati oleh keduanya. Berikut ini digambarkan bagaimana percakapan antara Ikan Sura dan Buaya saat itu.
Ikan Sura berkata, “Hai Buaya aku jemu dan bosan, bila terus menerus bertengkar!”. “Aku juga bosan,” kata Buaya. Lalu apa yang kita kerjakan, agar kita berhenti bertengkar? Tanya Buanya.
“ Aku berkuasa sepenuhnya dalam air dan akan mencari mangsa dalam air saja. Sedangkan kamu berkuasa di daratan, sehingga yang menjadi mangsamu, yaitu ada di daratan. Agar tidak menimbulkan sengketa, maka batas antara air dan daratan harus kita tentukan, yakni tempat yang dilalui air laut pada saat pasang surut,”
Ternyata cara ini berhasil membuat kedua hewan ini berhenti bertengkar. Keduanya sepakat untuk menjaga serta menghormati daerah masing-masing. Akan tetapi Si Ikan Sura ternyata secara diam-diam mengingkari kesepakatan tersebut. Sura secara diam-diam mencari mangsa di sungai dan pada suatu hari dipergoki oleh buaya. 
Melihat tindakan tersebut membuat Buaya murka. Namun Si Sura tidak merasa bersalah dan tetap meyakini bahwa sungai merupakan daerah kekuasaannya. 
“Hai Sura mengapa kamu berani memasuki sungai yang sudah menjadi daerah kekuasaan kami?” Berarti kamu telah melanggar perjanjian yang sudah kita sepakati berdua.” Kata Buaya berang.  
Namun kemarahan tersebut tak membuat ikan Sura merasa bersalah, bahkan dia santai-santai saja. “Mengapa aku dibilang melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair, padahal kamu sudah bilang, bahwa aku termasuk penguasa di air, oleh karena itu termasuk juga daerah kekuasaanku,” kata ikan Hiu Sura
“Sungai itu kan ada di darat, padahal daerah kekuasaanmu kan di laut, sehingga sungai tetap daerah kekuasannku,” kata Buaya lagi.
” Aku tidak pernah bilang sama kamu, bahwa aku hanya berkuasa di air laut, tetapi air sungai juga. ” jawab Sura. 
“Hai Sura kukira aku bodoh, sehingga kamu bikin seenaknya saja. Kau memang sengaja memulai berontak lagi. Aku tidak bodoh sebagaimana anggapanmu, “ kata Buaya. 
Buaya saat itu benar-benar marah. Sementara Sura tenang-tenang saja dan terus mempertahankan pendapatnya karena aku pada posisi yang benar. Keduanya cek-cok mulut dan akhirnya berakhir dengan perkelahian. Buaya dengan marah mengatakan,” Siapa di antara kita yang punya kekuatan terhebat, maka dialah yang berhak sebagai penguasa tunggal.
 c
 
 
 
 
 
 
Kedua hewan ini mengalami pertengkaran hebat dan sungai tempat mereka bertengkar menjadi merah karena darah dari kedunya. Buaya tergigit ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan, sehingga ekornya terpaksa membelok ke kiri. Demikian pula ekornya ikan Sura juga tergigit hampir putus. Pada pertengkaran ini ikan Sura harus mneyerah dan kembali ke lautan. Dengan demikian Buaya berhasil mempertahankan wilayah kekuasaannya. 
Cerita tersebut ternyata melegenda dan dipercaya sebagai asal asul Kota Surabaya. Akan tetapi sebagian orang juga berpendapat bahwa Surabaya berasal dari kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat, Baya artinya Bahaya, sehingga Surabaya artinya selamat menghadapi bahaya. 
Bahaya ini dimaksudkan untuk serangan tentara Tar-Tar yang berniat menghukum raja Jawa, Jayakatwang. Padahal seharusnya yang mendapat hukuman seharusnya  Kartanegara, berhubung Kartanegara sudah terbunuh sampai tewas, sehingga Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-Tar. 
Saat itu pasukan Tar-tar merampas harta benda serta membawa gadis-gadis desa untuk di bawa ke Tiongkok. Ternyata Raden Wijaya tidak terima dengan perlakuan tersebut, dan mengadakan serangan tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh. Pada akhirnya mereka kembali ke Tiongkok dan peristiwa kemenangan Raden Wijaya tersebut, ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
 
 
 http://tempatcerita.com/rakyat/cerita-rakyat-jawa-timur-asal-usul-kota-surabaya_22.html

ASAL MULA KOTA BANDUNG

Sejarah Asal Usul Kota Bandung
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Pesan Sponsor

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.

Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.

Kependudukan Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.

Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.

Pemerintahan Kota Bandung
Dalam administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh walikota. Sejak 2008, penduduk kota ini langsung memilih walikota beserta wakilnya dalam pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.

Perwakilan Pemerintahan Kota Bandung
Sesuai konstitusi yang berlaku DPRD kota Bandung merupakan representasi dari perwakilan rakyat, pada Pemilu Legislatif 2004 sebelumnya anggota DPRD kota Bandung berjumlah 45 orang. Sesuai dengan perkembangan dan pertambahan penduduk maka pada Pemilu Legislatif 2009 anggota DPRD kota Bandung bertambah menjadi 50 orang, yang kemudian tersusun atas perwakilan delapan partai, dan terdiri atas 41 lelaki dan 9 perempuan.

Pariwisata dan Budaya Kota Bandung
Sejak dibukanya Jalan Tol Padaleunyi, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari Jakarta sekitarnya. Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berarsitektur peninggalan Belanda, diantaranya Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat, Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi gubernur provinsi Jawa Barat, Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds sekarang digunakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII Ditjen Pembendaharaan Bandung, Villa Isola sekarang digunakan Universitas Pendidikan Indonesia, Stasiun Hall atau Stasiun Bandung dan Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung.

Kota Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung pertunjukan dan galeri diantaranya Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955, Museum Sri Baduga, yang didirikan pada tahun 1974 dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega, Museum Geologi Bandung, Museum Wangsit Mandala Siliwangi, Museum Barli, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Gedung Indonesia Menggugat dahulunya menjadi tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan Belanda, Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) dan Rumentang Siang.

Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat minati oleh masyarakat terutama pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang ini diresmikan pada tahun 1933 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari. Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga, kawasan Cihampelas, Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah dengan pedagang tekstilnya. Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar di kota Bandung, beberapa di antaranya Istana Plaza Bandung, Bandung Supermal, Cihampelas Walk, Paris Van Java Mall, dan Bandung Indah Plaza.

Sementara beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di kota ini diantaranya Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi kuliner khususnya tutug oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini. Selain itu Cireng juga telah menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara Peuyeum sejenis tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi, secara luas juga dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa.

Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut, diantaranya Monumen Perjuangan Jawa Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy, Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Cikutra.



Sumber: http://duniabaca.com/asal-usul-sejarah-kota-bandung.html