Kamis, 15 Mei 2014

ASAL MULA KOTA CIREBON

Sejarah Cirebon



Sejarah Lahirnya Kota Cirebon
 
         Sejarah kota Cirebon erat hubungannya dengan perkembangan pejajaran, menurut babad tanah Jawa dan babad tanah Sunda. Babad tanah Cirebon menceritakan bahwa raja Pejajaran yaitu Sriratu Dewasa Wiseja. Yang dikenal dengan Sri Maha Prabu Siliwangi yang beristri 3 orang yaitu Ambet Kasi, Ali Budaya dan permaisuri Ratu Subang Larang. Seluruh anak Prabu ada 40 orang. Dari Ratu Subang Larang memilikin3 keturunan, yaitu :
-          Raden Walangsungsang
-          Nyi Rarasantang
-          Raden Kian Santang
Kala itu Walangsungsang berkata pada sang ayah bahwa ia mendapat mimpi untuk disuruh berguru dan belajar syari’at islam. Sang Prabu yang beragama hindu menjadi murka karena anaknya di anggap menantang. Maka di usirlah, Walangsungsang bahagia keluar istana karena tekad yang besar Walangsungsang keluar istana. Setelah itu berapa tahun kemudian Ratu Mas Rrasantang keluar dari istana untuk menyusul kakaknya.
Di lereng gunung Merapi Walangsungsang bertemu dengan Sang Hiyang Danuarsih dan disuruh kepuncak Merapi dan di nikahkan dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Indang Ayu (1422) waktu itu Walangsungsang berumur 25 tahun.
Sementara Nyi Mas Rarassantang yang menyusul kakaknya bertemu dengan Nyi Indang Ayu Sakti dan diberi petunjuk agar kegunung Liwang menemui Ajar Sakti. Oleh Ki Ajar Sakti di beri petunjuk untuk kegunung Merapi. Setelah berkumpul Ki Danurasih menyurh mereka untuk mengembara mencari guru Islam. Lalu mereka bertiga sama – sama mencari, sebelum berangkat mereka diberi wejangan dan ilmu kesaktian dari banyak guru di gunung cangkak. Oleh Sang Hiyang Bangau mereka di anjurkan berguru kegunung Jati kepada Syek Nur Jati. Oleh Syek Nur Jati, Walangsungsang di beri nama Samadullah dan di izinkan membangun permukiman Yng di mulai hari ahad kliwon tanggal 1 bulan Suro.
Kemudian mereka bertiga menuju ke pantai ke arah Selatan dan belok ke barat ke daerah Lemah Wungkuk dan menginap di rumah Ki Gede Alang – Alang. Setelah menyampaikan maksudnya, mereka di angkat menjadi anaknya dan Walangsungsang di beri nama Cakra Buana di hari Ahad ia mulai membuka hutan untuk di tanami Palawija serta disuruh menangkap rebon (udang kecil) serta di tumbuk menjadi trasi.
Hasil bumi dijual pada tengkulak di Palimanan banyak masyarakat yang tertarik menjadi penduduk baru di permukiman Cakra Bumi : dari daerah itu dikenal rebon dan trasinya. Pada waktu bekerja banyak yang mengucap kata “oge – oge” geura bebek (cepat – cepatlah ditumbuk). Maka didaerah itu dikenal dengan nama Grage. Prabu Raja Galuh menyuruh mentri Pepeti untuk mencatat jiwa kampung baru itu. Dan menetapkan pajak sepikul tumbukan rebon. Pada tahun 1447 m Ki Mentri Pepeti memberi nama Dukuh Cirebon dan ditetapkan kuwu Cirebon adalah Ki Gede Alang – Alang dan Cakra Bumi sebagai wakilnya, namun beberapa tahun kemudian Ki Gede Alang – Alang wafat maka di gantikan oleh Cakra Bumi dengan Gelar Cakra Buana.
Karena banyak yang terjadi menurut kehendak Allah SWT, maka penduduk menjadi masuk Islam. Lalu Cakra Buana, Nyi Mas Indang Ayu dan Nyi Mas Rarasantang di anjurkan ke negara Cempe untuk memperdalam ilmu syariat Islam. Di Cempe mereka diterima Syek Maulana Ibrahim dan dianjurkan pergi ke Baitullah ketika di Mekkah Nyi Mas Rarasantang bertemu dengan jodohnya yaitu Sultan Mesir Maulana Mahmud Syarif Abullah Yng belum lama istrinya meninggal. Nyi Mas Rarasantang di nikahi dan berganti nama menjadi HJ. Sarifah Mudaim.
Dan Cakra Buana (H. Abdul Iman) pulang ke Gunung Jati dan menjabat sebagai kuwu Cirebon kembali. Ketika tahun 8 m Syarifah Mudaim melahirkan bayi laki – laki yang sangat elok sekali dan diberi nama Sarif Hidayatullah. Dan pada tahun 1950melahirkan Syarif Natullah.
Melalui perjalanan hidupnya Syarif Hidayatullah di kenal sebagai wali yakni Sunan Gunung Jati. Sejak tahun 1959 m. Cirebon menjadi negara Islam dan pangeran Cakra Buana bersemayam di pekung wati yang di bangun 1452 m.
Pemegang buku sejarah asli Cirebon adalah Pangeran Raden Sulaiman Sulanden Diningrat anak dari Baridin.
 
 
 Nama buku itu yaitu buku petang yang isinya:
1.       Dua kalimat syahadat.
2.       Ilmu – ilmu masyarakat Cirebon. Termasuk ilmu batin dan pengetahuan.
3.       Hukum peradaban masyarakat Cirebon.
4.       Mengenai sejarah asli Cirebon.
Nama – nama 9 wali penyebar Islam di tanah Jawa:
1.       Sunan Kalijaga.                  6.  Sunan Giri.
2.       Sunan Kudus.                    7.  Sunan Ampel.
3.       Sunan Muria.                     8.  Sunan Drajat.
4.       Sunan Gresik.                    9.  Sunan Gunung Jati.
5.       Sunan Bonang.
Dalam penyebaran agama Islam Wali Songo berpedoman 4 dasar inti Sari:
1.       Serikat.                 2.  Hakikat.          3.  Taro’at.           4.  Makriat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar